Benarkah Media Sosial Mempengaruhi Kesehatan Mental Kita?

medikastar.id

Di era digital saat ini, kehidupan manusia semakin terkoneksi dengan internet dan media sosial. Dari bangun tidur hingga sebelum tidur, kita terpapar berbagai informasi, interaksi, dan ekspektasi sosial yang membentuk cara berpikir dan emosi kita. Namun, apakah penggunaan media sosial membawa dampak positif atau justru mengancam kesehatan mental kita? 

Fakta Global: Dampak Media Sosial terhadap Mental Health

Menurut laporan Global Digital Report 2023, lebih dari 4,9 miliar orang di dunia aktif menggunakan media sosial, dengan rata-rata waktu penggunaan mencapai 2,5 jam per hari. Studi dari University of Pennsylvania menemukan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian. Studi lain dari Harvard University juga menunjukkan bahwa konsumsi konten yang bersifat komparatif di media sosial dapat memicu rendahnya harga diri dan meningkatkan risiko depresi, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. 

Sementara itu, di Indonesia sendiri, We Are Social 2023 melaporkan bahwa 191 juta orang aktif menggunakan media sosial, dengan durasi penggunaan rata-rata 3 jam 18 menit per hari. Menariknya, survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa 47% pengguna internet mengalami kecemasan dan stres akibat paparan informasi negatif dan tekanan sosial di media sosial. 

Fakta di Nusa Tenggara Timur (NTT): Fenomena Digitalisasi dan Pengaruhnya 

Di NTT, penetrasi internet semakin meningkat dengan dukungan infrastruktur digital. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTT 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 60% penduduk di NTT sudah memiliki akses ke internet, terutama melalui smartphone. Namun, literasi digital yang masih terbatas menyebabkan banyak orang rentan terhadap hoaks, cyberbullying, dan tekanan sosial dari media sosial. 

Kasus kecemasan dan depresi di NTT juga mengalami peningkatan. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT pada 2022 mencatat bahwa kasus gangguan kecemasan meningkat 27% dibanding tahun sebelumnya, terutama di kalangan anak muda yang aktif di media sosial. Kurangnya layanan kesehatan mental yang memadai di daerah pedesaan semakin memperburuk kondisi ini. 

Mengapa Media Sosial Dapat Menjadi Pedang Bermata Dua?

Penggunaan media sosial memiliki dua sisi, tergantung bagaimana kita menggunakannya.

Dampak Positif

  • Memudahkan komunikasi dan interaksi sosial 
  • Meningkatkan akses informasi dan edukasi 
  • Membuka peluang bisnis dan pengembangan diri 

Dampak Negatif

  • Meningkatkan risiko kecemasan dan depresi akibat perbandingan sosial (social comparison) 
  • Meningkatkan kecanduan digital dan FOMO (Fear of Missing Out) 
  • Rentan terhadap cyberbullying dan ujaran kebencian 

Menurut teori Self-Determination Theory (Deci & Ryan, 1985, manusia memiliki tiga kebutuhan psikologis utama, yakni kompetensi, keterhubungan sosial, dan otonomi. Media sosial bisa mendukung atau justru menghambat pemenuhan kebutuhan ini, tergantung cara penggunaannya. 

Strategi Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital

Agar media sosial menjadi alat yang bermanfaat tanpa merusak kesehatan mental, kita bisa menerapkan beberapa strategi berikut: 

  • Batasi Waktu Penggunaan. Gunakan fitur screen time untuk mengontrol durasi bermain media sosial agar tidak berlebihan. 
  • Kurasi Konten yang Dikonsumsi. Ikuti akun yang memberikan inspirasi, edukasi, dan energi positif. Hindari akun yang membuatmu merasa tidak cukup baik atau memicu stres. 
  • Praktikkan Digital Detox. Cobalah berhenti menggunakan media sosial selama beberapa jam dalam sehari atau satu hari dalam seminggu untuk memberi waktu bagi otak untuk beristirahat. 
  • Jaga Keseimbangan Hidup. Jangan biarkan media sosial menggantikan interaksi nyata. Luangkan waktu untuk bertemu langsung dengan keluarga dan teman. 
  • Cari Bantuan Profesional Jika Diperlukan. Jika kamu merasa media sosial berdampak buruk pada kesehatan mentalmu, jangan ragu untuk mencari bantuan psikolog atau konselor. 

Kesimpulan

Media sosial adalah alat yang kuat, tetapi juga bisa menjadi jebakan jika tidak digunakan dengan bijak. Kesehatan mental harus menjadi prioritas, terutama di era digital di mana tekanan sosial semakin meningkat. Dengan kesadaran, edukasi, dan kontrol diri, kita bisa memanfaatkan media sosial untuk pertumbuhan positif tanpa mengorbankan kesehatan mental.